Sabtu, 27 Juni 2009

XPDC Gunung Palung Mapala Teknik

MENGAGUMI KEANEKARAGAMAN HAYATI Gn.Palung
Team XPDC : Hudaya, Paskhalia, Nurbaniah, Sudharma, Hence, Sumariadi, Febri, Noviardi, Agus Widiyanto.

Setelah selesai Diksar angkatan VII, 1-14 Agustus di Sukadana dalam rangka Bhakti Mapala FT 95’, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan Ekspedisi Pendakian Gn Palung. Selain sebagai salah satu realisasi dari program kerja tetap kepengurusan Mapala FT, ekspedisi ini juga bertujuan sebagai prasyarat bagi anggota Mapala Teknik untuk mendapatkan slayer. Perencanaan awal dan persiapan dari ekspedisi ini sepenuhnya diserahkan kepada angkatan VI dibantu anggota lainnya yang belum pernah melakukan ekspedisi.
Perjalanan dimulai dari Sukadana menuju desa Benawai Agung dengan menggunakan kendaraan umum. Dari Benawai dilanjutkan ke Semanja, kali ini dengan berjalan kaki karena belum ada jalan untuk kendaraan adarat. Setelah kurang lebih setengah jam, tim sampai di Semanja. Disana transportasi berupa 2 buah long Boat bantuan dari KSDA Gn Palung (hasil lobby team awal) telah stand bye dan siap mengantar team menyusur sungai menuju tujuan berikutnya yaitu Munguk Budiman, letaknya tepat di kaki gunung Palung. Munguk Budiman sendiri sejenis shelter atau tempat persinggahan yang dibuat KSDA Gn Palung yang sengaja disediakan bagi para peneliti-peneliti domestik maupun luar negeri yang sedang melakukan penelitian di Gunung Palung.
Saat menyusur, sungai yang disusuri ternyata sedang surut hingga tidak memungkinkan Long Boat yang membawa tim melewati nya lebih lanjut, jadi terpaksa team hanya diantar sampai Bagan Jeri (shelter di tepi sungai bekas camp penebang liar). Dari sana, dibantu seorang pemandu, perjalanan dilanjutkan kembali dengan berjalan kaki menembus hutan menuju Munguk Budiman. Menjelang malam tim tiba dan langsung disambut dengan hangat oleh penghuni lainnya yang mayoritas adalah peneliti-peneliti asing, ada juga beberapa petugas KSDA. Setelah perkenalan dan ramah tamah, team beristirahat di sebuah pendopo untuk tamu/ peninjau. Sebelum tidur, tim briefing untuk mengatur rencana dan teknis perjalanan besok.
Karena mendengar penuturan dari orang-orang di camp yang mengatakan biasanya perjalanan bolak-balik dari kaki sampai puncak Gn. Palung dapat dilakukan hanya satu hari, diputuskan tim hanya akan membawa perbekalan berupa makanan, sisanya ditinggal di pendopo, alasannya untuk meng hemat tenaga. Esoknya, berbekal keyakinan bahwa waktu pendakian akan dicapai selama satu hari, team memulai perjalanan dengan hanya membawa sebuah carrier kecil berisi makanan dan barang lainnya.
Jalur pendakian team mengikuti rute yang biasa dipergunakan para peneliti untuk mencapai puncak Gn. Palung. Medan yang pertama dilalui team adalah daerah hutan tropis heterogen dengan pohon-pohon sejenis meranti dan pohon Ara seukuran pelukan manusia yang banyak terdapat di sepanjang perjalanan. Menurut cerita orang-orang di Munguk Budiman, katanya di sekitar kaki gunung Palung banyak terdapat kayu cendana atau garu. Kayu itu terkenal dengan ciri khas bau yang sangat wangi hingga banyak digunakan untuk pewangi, harganya pun sangat mahal, saat itu bisa mencapai 3-4 juta perkilo. “Karena kata otang-orang itulah, sambil berjalan, mata dan hidung kami tetap dipasang tajam-tajam, siapa tau ketemu kayu tersebut, kan lumayan uangnya bisa untuk kas organisasi” tutur Sudharma, salah satu anggota tim ekspedisi mengenang perjalanan itu.
Setelah melewati ketinggian 600 mdpl, jalur yang team tempuh semakin terjal. Medannya berbatu dengan serabut akar dimana-mana. Terpaksa jalanpun harus merayap sambil berpegangan keakar, pohon kecil atau bebatuan agar tidak jatuh kejurang. Lumut licin yang menyelimuti permukaan tanah dan batu semakin mempersulit perjalanan team. Beruntung barang yang dibawa tidak terlalu banyak sehingga cukup memudahkan gerakan. Sampai ke ketinggian kira-kira 900 mdpl, medan masih tetap terjal dan berbatu. Namun kesulitan tersebut sedikit tak terasa karena menyaksikan pemandangan hamparan hutan dan pepohonan dari atas yang ternyata sangat indah sekali, hijau membentang dihiasi awan-awan yang berada dibawah team. Sebuah lukisan yang maha karya!
Rupanya kebiasaan orang-orang camp yang dapat melakukan perjalanan naik turun selama satu hari, tidak berlaku bagi anggota team. Saat sampai di ketinggian 900 mdpl, hari sudah mulai gelap sehingga sangat riskan apabila perjalanan masih tetap dilanjutkan mengingat kondisi malam hari, ditambah perlengkapan untuk berjalan malam sangat minim. Akhirnya disepakati perjalanan dihentikan dahulu. Setelah mendapatkan tempat yang cukup datar team kemudian beristirahat. Karena perlengkapan untuk membuat bivak pun tidak dibawa akibat keyakinan yang ternyata salah terpaksa bivak tidak dibuat. “Kami tidur hanya beralaskan rumput dan beratapkan langit, padahal saat itu udara lumayan dingin, Paskalia sampai menggigil kesejukan. Tapi justru itulah tantangannya, walau ada juga rasa penyesalan karena terlalu yakin dengan sesutu hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Yah kami anggap itu sebagai sebuah pelajaran” kenang Noviardi dengan penuh semangat.
Esoknya perjalanan dilanjutkan kembali, kali ini medan dari jalur pendakian tidak sesulit kemarin, hanya tanjakan landai dengan pohon-pohon yang pendek dan jarang–jarang, mungkin karena berjalan di jalur punggungan. Setelah melewati satu lembah dan pungungan bukit kecil, sekitar jam sepuluh pagi team akhirnya tiba di puncak tertinggi Gn Palung yaitu Batu Tinggi. Disana terlihat pemandangan bukit-bukit yang merupakan bagian dari pegunungan Palung berjajar memutar seolah-olah mengelilingi puncak Batu Tinggi tersebut. Sayup-sayup terdengar suara gemuruh yang berasal dari air terjun yang letaknya entah dimana, yang pasti berada dibawah tim.
Setelah cukup lama beristirahat sambil menikmati panorama puncak, team kemudian turun. Perbekalan yang tersisa hanya tinggal beberapa botol air, selain dari itu tidak ada. Menyadari kondisi tersebut, perjalanan pulang dilakukan dengan cepat, targetnya sore sudah sampai kembali di pendopo Munguk Budiman.
Saat hampir maghrib team tiba, rupanya petugas KSDA berbaik hati mau menyediakan makanan utnuk tim, tanpa berlama-lama team kemudian makan dan mengisi perut yang telah kosong selama seharian. Para petugas itu sempat khawatir juga karena lama pendakian tim yang hampir 2 hari, utamanya mereka takut tim tersesat. Selepas makan, team istirahat sambil mengembalikan stamina tubuh yang lumayan terkuras.
Di pendopo Munguk Budiman team beristirahat selama dua hari. Untuk mengisi waktu, anggota team banyak yang mencari kesibukan sendiri-sendiri. Misalnya Dharma Sarjana yang tekun memancing ikan di danau depan pendopo atau Hence Gonie dan beberapa orang lainnya yang keluar masuk hutan mencari tempat-tempat indah seperti air terjun, jeram dll, juga mencari binatang atau tumbuhan yang lanka dan asing. Sebenarnya kegiatan ini tujuannya untuk melakukan pendataan tentang sumber daya alam, potensi wisata serta kekayaan flora dan fauna seperti beruang, musang, buaya dll yang banyak terdapat di TNGP. Sudah dibuktikan sendiri selama melakukan perjalanan, team banyak menemukan binatang-binatang langka seperti beruamg, orang utan, pelanduk dll.
Kepulangan menuju Semanjang terbagi dalam dua kelompok. Beruntung bagi anggota team yang perempuan, dari Munguk Budiman ke Semanjang naik Long Boat, sedangkan yang laki-laki terpaksa harus berjalan kaki sampai ke Bagan Jeri, dari sana baru dilajutkan dengan long boat. Pembagian ini karena sungai yang menuju semanjang semakin surut jadi tidak bisa dilalui Long Boat jika bebannya terlalu berat. Dengan tubuh yang masih letih, team terpaksa menyusuri sungai, ada perasaan was-was juga saat berjalan di sungai dengan separuh tubuh terendam air, takut tiba-tiba muncul buaya yang kelaparan. Apalagi susana sepanjang sungai agak gelap kerena di tutuoi oleh pohon pohon rindang, katanya suasana seperti itulah yang disukai buaya-buaya untuk tinggal bersama kawan-kawannya. Alhamdulilah sampai Bagan jeri tidak muncul buaya yang ditakutkan maupun halangan apapun yang berarti selain letih dan kebasahan. Sampai di Bagan Jeri sekitar jam sebelas siang, long boat yang sedang mengantar tim putri belum kembali ke Bagan Jeri, sambil menunggu tim beristirahat.
Setelah semuanya berkumpul si Semanjang perjalanan langsung dilajutkan kembali ke desa Agung Benawai, setelah tiba sempat tim menginap semalam di sana.. Keesokan harinya dari teluk batang, tim pulang menuju Base Camp MAPALA TEKNIK Untan dengan segudang cerita menarik dan data-data (target) yang dicapai.
Dari hasil perjalanan yang telah dilaksanakan, banyak pelajaran berarti yang kiranya dapat diambil. Salah satunya adalah bahwa pelestarian daerah seperti Gunung Palung mutlak dilaksanakan, karena daerah seperti itu merupakan sumber kehidupan bagi makhluk disekitarnya.(*).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar