Sabtu, 27 Juni 2009

Ekspedisi Susur sungai Kapuas Putussibau - Pontianak

KALBAR menyusuri sungai Kapuas”
Ekspedisi susur sungai kapuas putussibau – pontianak 1994

Catatan Ekspedisi,94 : Nurjuliansyah (ketua Tim), M.Hadi SN, Yudi Alfaizi dan Mahrus Effendi.

Ekspedisi yang dilaksanakan tanggal 22 januari – 23 pebruari 1994 ini dapat dikatakan berbeda dengan ekspedisi-ekspedisi Mapala Teknik yang lain. Biasanya ekspedisi mapala FT hanya berupa pendakian puncak-puncak bukit tertinggi di Kal Bar, Long March dll, namun untuk kali ini agak berbeda karena bentuknya adalah penyusuran sungai terpanjang di Indonesia yaitu sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Untuk alat penyusuran nya akan menggunakan sebuah rakit berbentuk perahu yang terbuat dari bambu.
Semula penyusuran sungai sepanjang 800 KM akan dimulai dari hulu hingga kehilir sungai. Karena transportasi dan kondisi medan ke hulu yang sangat sulit serta saran dan masukan dari beberapa orang maka diputuskan start penyusuran dimulai dari kota Putussibau (kab Kapuas Hulu) di ujung timur propinsi Kalimantan Barat . Sedangkan untuk finishnya berada di kota Pontianak tepatnya di depan Taman Rahadi Usman (Depan Makorem 121 ABW), ujung barat Kalimantan Barat. Jadi ekspedisi ini adalah perjalanan melintasai provinsi Kal-Bar dari ujung ke ujung, rasanya sebuah ekspedisi yang cukup menantang bagi seorang pecinta alam.
Perjalanan Tim Ekspedisi yang beranggotakan Nurjuliansyah (ketua Tim), M.Hadi SN, Yudi Alfaizi, Mahrus Effendi, secara resmi dilepas dari Pontianak oleh Dekan Fakultas Teknik Untan (saat itu Ir.Rijanto.S.Tantiarto), civitas akademika fak Teknik serta seluruh Anggota Mapala teknik. Setelah dilepas, dengan menggunakan bis team menuju lokasi star penyusuran (Putussibau). Menuju kesana membutuhkan waktu kurang lebih 15 jam. Setelah tiba, sambil mengurus administrasi dan segala persiapan perjalanan lainnya, tim mulai membuat rakit dari bambu yang akan menjadi alat tranportasi utama dalam ekspedisi ini. Uniknya setelah rakit itu jadi ternyata bambu yang diperlukan hanya sebanyak satu rumpun saja, padahal rakitnya luamayan besar.
Setelah melalui persiapan selama seminggu, tanggal 01 pebruari 1994 ekspedisi siap dilaksanakan. Pelepasan di Putussibau dilakukan oleh Bupati kDH Tk II Kapuas Hulu (diwakili Drs.P.A.Anggang Kabay ) dan disaksikan ratusan masyarakat setempat yang sangat antusias dan penuh ketertarikan dengan ekspedisi ini. Masyarakat Putussibau ternyata menganggap ekspedisi ini sebagai sebuah kejadian langka dan jarang terjadi, mereka tidak habis fikir bagaimana anak-anak muda dari kota itu mau bersusah payah merpotkan diri menyusuri sungai Kapuas dengan rakit, padahal transportasi saat itu sudah sangat banyak tersedia. Barulah setelah diberi penjelasan alasannya menggunakan rakit yaitu untuk lebih memudahkan penggalian informasi secara langsung mengenai sejauh mana sungai Kapuas dipergunakan sebagai sarana transportasi dan sumber mata pencaharian masyarakat serta pencemaran terhadap airnya (selain untuk menambah tantangannya), mereka sepertinya mengerti.
Sehari setelah acara pelepasan, lewat satu hari, tanggal 02 pebruari 1994 tim memulai berakit meyusur sungai Kapuas, dibantu arus dan dayung untuk mengemudikan arah yang diinginkan. Perjalanan melalui panorama keindahan hutan tepian sungai yang tampak lebat dipandang dari sungai dan hilir mudiknya motor air serta diselingi rakit yang membawa ratusan kayu hasil tebangan penduduk memang cukup terasa mengasikkan walau menimbulkan juga rasa prihatin terhadap kelestarian hutan Kalbar.
Dengan perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit rakit menyusuri sungai, terasa lama karena hanya mengandalkan arus dan ayunan dayung kecil. Setiap melewati perkampungan di pesisir sungai dengan ciri khas wc terapung dan motor Bandung(motor air) team selalu menjadi tontonan masyarakat setempat yang keheran-heranan, bangga juga team menjadi pusat perhatian. Untuk mendapatkan bukti dari perjalanan, disetiap ibukota kecematan yang dilalui tim selalu singgah meminta tanda tangan dari pejabat pemerintah dan pemuka masyarakat setempat sekalian beramah tamah. sambutan yang didapat selalu baik, bahkan terkadang banyak juga yang berbaik hati memberikan oleh-oleh berupa berbagai jenis makanan /buah-buahan untuk perbekalan selama penyusuran. Saat itu masalah logistik bukan sebuah kendala yang berarti bagi tim karena makanan selalu melimpah ruah, sampai-sampai berserakan dimana-mana karena saking banyaknya. Soal air minum, sungai Kapuas tetap piliahan terbaik, walau airnya agak berwarna coklat, tetapi tidak mengurangi rasa nikmatnya bila diminum disaat haus.
Riak demi riak, ayunan dayung demi ayunan, perkampungan demi perkampungan dan hari demi hari terlewati, tak terasa sudah seminggu team ekspedisi berakit, saat itu tanggal 7 pebruari 1994, tim baru saja tiba di kecematan Embalau, masih di wilayah kabupaten Kapuas hulu. Kalau dihitung-hitung dari segi jarak, team baru menyelesaikan seperlima dari total jarak perjalanan, berarti masih sangat jauh, padahal rasa bosan dan jenuh mulai merayapi diri tiap anggota tim. Tetapi sebagai seorang petualang dan pecinta alam, team menyadari bahwa hal itu wajar dan akan selalu dirasakan jadi sudah dianggap sebagai seni dari kehidupan seorang petualang. Jika rasa itu bisa diatasi sudah pasti tidak terlalu menjadi beban, hasilnya akan timbul rasa kepuasan dan kenikmatan saat melakukan kegiatan petualangan.
Hari-hari dalam penyusuran suasananya selalu berubah-rubah, kadang ada bagian gembira, ada juga bagian menderitanya. Bagian menderita plus menegangkan terjadi saat setelah seharian seluruh anggota team diguyur hujan karena terpal yang menutup rakit tidak mampu menahan derasnya air hujan dan angin yang sangat kencang. Ditambah lagi arus sungai mengalir deras membawa sampah-sampah dan kayu karena pasang akibat hujan yang terjadi di hulu sungai membuat rakit susah untuk dikendalikan dan terombang-ambing ditengah sungai yang sedang dilanda badai. Akhirnya tim bersepakat untuk menunda perjalanan dengan menepikan rakit didaerah tepi sungai yang arusnya kurang deras.
Untuk berjaga-jaga bisanya diadakan jaga malam, separuhnya tidur untuk bergantian istirahat. Yang ditakutkan adalah benturan rakit dengan sampah dan kayu-kayu yang bnyak bertebaran di sungai, kalau sampai terjadi kemungkinan rakit akan rusak. Jika cuaca siang cerah, maka malamnya udara akan sangat dingin hingga cukup membuat tubuh menggigil keras. Kadang untuk menghilangkan rasa dinginnya, team membuat perapian kecil karena kalau besar takut rakit ikut terbakar juga. Sebenarnya kendala terbesar selama penyusuran adalah menghilangkan rasa bosan karena selama berhari-hari kegiatan anggota team hanyalah duduk dan duduk menunggu aliran sungai membawa rakit sampai finish. Paling kegiatan lainnya yaitu makan, tidur, mancing dan kegiatan kecil lainnya, yang penting tubuh bergerak. Bagian senangnya biasa didapat saat singgah di perkampungan penduduk, disitulah baru bisa menumpahkan rasa kesal, bosan dan keinginan-keiinginan yang terpendam saat merakit. Selain itu bermain kartu antar sesama anggota team sambil menikmati pemandangan sungai dan tepiannya (apalagi dikala senja) cukup membantu menghilangkan rasa kebosanan yang ada.(*).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar